Job Vacancy

Kalo dihitung entah udah berapa gigabyte yang terkirim dari email saya ke semua alamat email yang mencantumkan "job vacancy" pada subyek emailnya. Kalo dihitung juga mungkin sepertiga dari 8 jam kerja sehari dipake buat browsing ke alamat website yang dari judulnya aja udah dipastikan ada job vacancy didalamnya.
Sejak hari pertama kerja hingga sekarang pasti ada satu atau dua email lamaran kerja yang terkirim... hhaahh.. sebenarnya apa sih yang dicari..?? apa gak bersyukur dengan kerjaan yang sekarang ada, sementara ada ribuan orang yang belum bekerja ?? entahlah.. rasanya kok seperti menyia-nyiakan kesempatan yang ada saat melihat ada lowongan kerja yang sesuai dengan pengalaman kerja yang saya miliki tetapi dicuekin hehehe.... atau mungkin juga tempat kerja yang sekarang kurang memuaskan ??... jawabannya bisa ya bisa tidak..
Tapi yang pasti bagi saya adalah sekarang ini kalo melamar kerja gak ribet kayak pertama lulus kuliah. Gak mesti fotocopy transkrip nilai, fotocopy ijazah, fotocopy ktp, cetak foto, beli map n beli perangko. Saat ini dengan kemajuan teknologi.. acara kirim lamaran kerjaan sepertinya menyenangkan. Tinggal buat lamaran kerjaan terus ceritakan pengalaman kerja yang dimiliki, ceritakan sampe setinggi apa sekolah yang pernah kita tempuh... tambahkan foto di lamaran terus kirim... beres deh... terus liat2 lagi lowongan kerja yang lain dan kalo ada yang sekiranya cocok (baik itu pendidikan dan pengalaman kerja) maka file lamaran kerja sebelumnya tinggal di edit kemudian kirim deh.. mudah kan ??
Nah... bagian yang tidak mudah adalah menunggu.... dan menunggu. Berharap agar dihubungi oleh lembaga/perusahaan yang dikirimi lamaran kerja. Dan tentunya banyak-banyak berdoa.
Kayaknya semboyan Otak, Otot, Nasib (semboyan saat masih aktif di organisasi mahasiswa pencinta alam) masih "relevan dan signifikan" dengan acara cari-cari kerja yang saya lakukan. Semboyan "Otak" adalah apakah lowongan kerja yang ada sesuai dengan pendidikan dan pengalaman kerja, "Otot" adalah kegiatan copy paste file lamaran kerjaan hehe... sedangkan yang terakhir "Nasib" adalah semuanya kita kembalikan kepada Sang Pencipta, karena Dialah yang akhirnya menentukan akan kemanakah kita nanti.
Jadi gak peduli berapa gigabyte dan berapa ratus atau ribu alamat email terkirim... kayaknya kegiatan mengirim lamaran kerjaan masih akan terus saya jalani.
Kalo ditanya sampe kapan... hhhmmm... saya juga gak tau....